kaubilang hujan masih perawan
ketika aku datang
dan buih-buih lindap di balik pagar
mencari detak sunyimu.
kaubilang petir begitu dalam mengenali hatimu
yang bagai patung hidup: diam namun bernyawa; diam dan tak bisa terluka
ah, apakah itu maksud ceritamu?
bahwa luka-luka tak lagi berharga
saat aku datang membawakan mendung untukmu
menghadapi petirmu, dan tirai-tirai putih yang membukakan pintu menuju diam.
(apakah aku masih belum pantas
menjadi payungmu?)
Sabtu, 25 April 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment