Entah bagaimana awalnya, hari ini saya sms-an dengan seorang teman. Dari cerita soal kehamilan saya sampai kerepotan kami sebagai emak-emak. Dan... ujung-ujungnya saling mengeluhkan banyak hal. Merasa diri paling malang dan lelaki adalah makhluk yang enak-enak saja hidupnya karena nggak harus begini-begitu.
Hingga saya membuka lagi ingatan tentang bagaimana seharusnya seorang istri. Bagaimana harusnya seorang suami. Mencari-cari lagi seperti apa tanggung jawab seorang lelaki di hadapan Allah kelak. Ternyata banyak sekali. Ternyata nggak semudah itu, nggak seENAK itu.
Pada akhirnya saya harus mengingat-ingat lagi. Di rumah inilah saya menjemput pahala. Dari tumpukan baju kotor dan piring yang berantakan. Dari rengekan si kecil dan kesibukan suami mengais rezeki hingga kadang membuat saya merasa tersisih. Dari aroma masakan yang sering melekat di badan. Dari tangan yang beranjak kasar dari waktu ke waktu. Dari tubuh yang semakin terasa lemah seiring membuncitnya rahim. Dari seberapa banyak makanan yang saya muntahkan dan berapa banyak waktu yang saya habiskan di kamar mandi hanya karena mual-mual. Dari janji-janji yang terus saya ingat dan belum dipenuhi karena banyak alasan.
Hanya karena saya disayang Allah, maka saya merasakannya. Tidakkah saya beruntung? Dan, pantaskah saya mengeluh?
Hingga saya membuka lagi ingatan tentang bagaimana seharusnya seorang istri. Bagaimana harusnya seorang suami. Mencari-cari lagi seperti apa tanggung jawab seorang lelaki di hadapan Allah kelak. Ternyata banyak sekali. Ternyata nggak semudah itu, nggak seENAK itu.
Pada akhirnya saya harus mengingat-ingat lagi. Di rumah inilah saya menjemput pahala. Dari tumpukan baju kotor dan piring yang berantakan. Dari rengekan si kecil dan kesibukan suami mengais rezeki hingga kadang membuat saya merasa tersisih. Dari aroma masakan yang sering melekat di badan. Dari tangan yang beranjak kasar dari waktu ke waktu. Dari tubuh yang semakin terasa lemah seiring membuncitnya rahim. Dari seberapa banyak makanan yang saya muntahkan dan berapa banyak waktu yang saya habiskan di kamar mandi hanya karena mual-mual. Dari janji-janji yang terus saya ingat dan belum dipenuhi karena banyak alasan.
Hanya karena saya disayang Allah, maka saya merasakannya. Tidakkah saya beruntung? Dan, pantaskah saya mengeluh?
"Tidak patut manusia bersujud kepada manusia, andai manusia boleh
bersujud kepada manusia, maka aku perintahkan kepada wanita bersujud di
depan suaminya, mengingat besarnya hak suami atas istri. Demi dzat yang
jiwa ragaku berada dalam genggaman tangan-Nya, andaikata sekujur tubuh
suami, dari kepala sampai kaki penuh dengan luka yang berdarah dan
bernanah, lalu sang istri menjilatinya, dia belum dapat melunasi
haknya.” (HR. Ahmad)
suka banget postingan ini mbak :D
ReplyDeleteaku doakan kelak ninda jadi istri dan ibu yang baik :D
Delete