Wednesday 26 June 2013

Sometimes

Kadang saya mikir, mungkin orang yang menutup diri itu hidupnya lebih tenang. Walaupun dia dikatain antisosial. Aneh. Tapi dia nggak terganggu sama orang-orang di sekelilingnya. Dia bisa memilih dengan siapa ia bicara. Dengan siapa mau tersenyum. Dia memilih orang-orang tertentu yang walaupun sedikit, membuatnya nyaman. Bisa menutup pintu rapat-rapat dan asyik dengan dunia sendiri. Tak perlu ikut tertawa saat orang lain tertawa, dan tetap diam saat orang lain bicara.

Dan saya, kadang juga ingin seperti itu.


from here

Tuesday 25 June 2013

Review: The Coffe Memory

saat aroma kopi itu menjauh,
kusadari bahwa kau tak mungkin kutemui lagi.
seperti aromamu yang terempas oleh butir udara,
meninggalkanku dalam sunyi yang dingin.

sampai kusadari kau hadir, menyergapku dalam diam,
mengembalikanku dalam kenangan.
dan, menabur aroma yang sama dengan apa yang telah kutinggalkan.
ketika itu aku pahami,
aku tak mungkin berpaling lagi.


Judul : The Coffee Memory, Ketika Aroma Cintamu Menyergapku
Penulis : Riawani Elyta
Penerbit : Bentang Pustaka (Pustaka Populer)
ISBN : 978-602-7888-20-3
Harga : Rp39.000,-
(keterangan nyontek di reviewnya mas Rizki)

Kemarin ditodong mas Rizki buat review novel ini, yah karena dianya juga yang merekomendasikan The Coffe Memory yang menurutnya pas dengan apa yang saya cari: novel dewasa yang tidak meninggalkan ke-Islaman tapi juga nggak Islami banget alias nggak bertabur kutipan ayat dimana-mana. Halah. xD

Saya suka bungkusnya yang unik, seperti kopi beneran. Dan isinya buku bersampul penuh kopi pula. Walaupun nggak gitu suka sama warna emas pada tulisan judulnya karena silau dan nggak terlalu kelihatan karena berlatar coklat.

Dania, wanita penggemar kopi yang baru saja ditinggalkan suaminya dan mendadak harus melanjutkan kehidupan di kafe yang dipenuhi banyak kenangan. Kenangan tentang suami yang telah tiada ini membuat saya teriris perih. Rasanya ikutan sedih beneran. Nah, kafe penuh memory inilah yang akhirnya mempertemukan Dania dengan Barry, barista keren yang sangat perhatian padanya, dan Pram, seorang lelaki di masa lalunya. Kedua lelaki ini sempat membuat Dania galau karena keduanya sama-sama jatuh cinta padanya. Yah, walaupun akhirnya dia memilih satu saja. *Yaiyalahhh xDD*

Walapun di bab awal saya sempat bingung karena alur yang maju-mundur, tapi akhirnya bisa menikmati sampai akhir.

Saya suka cara mbak Ria menggambarkan nikmatnya kopi hitam. Saya yang sama sekali nggak doyan, jadi bisa membayangkan enaknya lho... :D Suka dengan bagaimana hubungan antar lawan jenis dituliskan: mereka nggak pacaran, dan hampir nggak ada adegan kontak fisik di sana (ada tapi ceritanya si wanita menolak disentuh). Di beberapa bagian kadang saya merasa bahwa ini ditulis dengan buru-buru (sok tau xD)tapi tetap saja penasaran membuka lembar demi lembarnya. Oya, info-info dunia bisnis dan dunia kopi bertebaran di novel ini, membuat saya yang penggemar teenlit akut ini melongo takjub *halah*.

Mungkin saya akan baca buku si mbak yang lain, karena sejujurnya saya pengen juga nulis tentang kisah suami-istri gitu, tapi tetap dengan santun. Yah, kayak di novel ini misalnya.

Selamat berkarya ya Mbak Ria.
Maaf ye... ini pertama kali bikin ripiu, jadi harap maklum kalo aneh. Haha... xDD

Friday 21 June 2013

Berhenti Sejenak

nulis ya nulis. revisi ya revisi.
impian ya impian.
tapi kalau terdengar adzan, berhentilah sejenak.
salatlah dan memohonlah.
karena besok-besok kalau kau mati, kau tidak bisa menulis apa-apa lagi.
dan malaikat tidak sudi menanyakan berapa banyak novel yang kau buat.

==REMINDER FOR MYSELF==

Kisah Dari Balik Jendela

Dari Balik Jendela adalah novel yang saya tulis berdua dengan seorang teman, kakak kelas waktu SMA, mbak Tyas atau sering saya panggil yayank. Eitss, jangan dikira lesbong loh yaa...

Dalam beberapa bulan ke depan InsyaAllah novel ini terbit. Sedang direvisi untuk dipendekin jadi maksimal 140 halaman saja dan kami mendadak puyeng karena lebih baik mengembangkan cerita daripada mengkerdilkannya. *halah*

Yang paling saya ingat adalah ketika Mbak Tyas menulis bab-bab novel itu dalam loose leaf, lalu lembaran-lembaran itu dikirim lewat pos ke saya. Oh iya ceritanya mbak Tyas tinggal di Wonogiri dan saya di Jogja. Paling ingat bagaimana saya mengetik tulisan itu di laptop pinjaman dari suami sementara suami saya pakai laptop milik kantor. Kerasa banget perjuangannya. Dan yang terasa berat itu selalu lebih terasa berharga.

Saya bersyukur naskah ini langsung diterima seminggu setelah dikirim. Walaupun memangkas halamannya membuat kami agak puyeng. Tapi sekali lagi, yang terasa berat itu selalu lebih terasa berharga.


Thursday 20 June 2013

Tidak Ada Judul

Oh Allah kepadamu aku memohon ketenangan hati
dan jadikan aku hambaMu yang pandai menjaga diri.

Amin.